Postingan

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Gambar
          "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu kitabullah (Al-Qur'an) dan sunnah Rasululullah saw." (HR Muslim).    A l-Qur'an itu kuno, Bu. Konservatif, out of dated! Kita telah lama hidup dalam nuansa humanis, tetapi Al-Qur'an masih meng- gunakan pemaksaan atas aturan tertentu yang diinginkan Tuhan dengan rupa perintah dan larangan di saat riset membuktikan kalau pemberian motivasi dan pilihan itu lebih baik. Al-Qur'an masih memakai ratusan kata 'jangan' di saat para psikolog dan pakar parenting telah lama meninggalkannya. Apakah Tuhan tidak paham kalau penggunaan negasi yang kasar itu dapat memicu agresivitas anak-anak, perasaan divonis, dan tertutupnya jalur dialog?" Katanya sambil duduk di atas sofa dan kakinya diangkat ke atas meja. Pernahkan Bapak dan Ibu sekalian membayangkan kalau pernyataan dan sikap itu terjadi pada anak kita, suatu saat nanti?    Itu mungkin saja ter

Kepalsuan Kelakuan

Gambar
        Se—demikian rupa upaya dikerahkan, tentu agar tujuan-tujuannya tercapai. Peduli setan semua hanya perdramaan penuh kotoran, sangat tidak penting, yang penting tujuan tercapai!    Memasang bangkai dengan kedok manusia yang—dipaksakapoleskan dengan—apapun agar tetap terlihat 'menarik', biarlah! Yang menipu bukan siapa siapa, melainkan diri sendiri dan target tersendiri.    Dunia omong kosong perbangsa*an selalu dipenuhi manisan-manisan sempalan yang disukai banyak orang, tentu, orang-orang lemah lagi rapuh jiwanya, krisis kepercayaan akan dirinya, terbengkalai dapur motivasi hidupnya.    Memang begitu, kalau di depan semuanya diabu-abukan, disamarkan se—samar samar mungkin. Urusan setan setelah kejadian, yang paling terpenting, TERJUAL! Praktis bukan? Sangat, oh tentu sangat praktis, enggak, enggak ada kok sedikit pun jentik-jentik kekerasan, semua hanya sesuai dengan kesepakatan, KANTUIK!    Yah, jangan malu malu, memang sudah begitu karakternya. Tak, tak akan bisa diuba

Siklus Biasa

Gambar
      Siklus yang itu itu saja, memang rata-rata mengalami siklus itu. Ruh, rahim, dunia, kubur, kasat mata. Terus berputar seperti itu. Benarlah hina, nangis, makan, buang air; besar kecil. Sampai jatah masing-masing habis.    Kecewa karena rasa memiliki yang berlebih, padahal semua titipan. Ruh pun tak akan selamanya bersama jasad selama di dunia. Nangis atas kesalahan? Tidak juga, tak sedikit yang hanya buatan.    Benar-benar menipu. Manusia tak punya apa-apa, yakin? Yang dititipkan hanya hiburan menuju pemanggilan nanti. Tak sedikit yang lupa dan sengaja lupa. Seolah mau tinggal selamanya di dunia.    Mau menang di setiap kondisi; tak peduli salah atau benar, yang banyaknya sih salah tapi tetap mau terlihat 'benar' dan 'menang' di depan orang banyak. Seolah menjadi pusat perhatian orang banyak adalah tujuan tertinggi di dunia.    Mengklaim orang lain tak beretika bisa, jika bertanya, "Apakah saya beretika?" "TENTU!" Bentaknya tak peduli kalau seb

Mendefinisikan Keinginan (Kesenangan) dan Kebutuhan

Gambar
        Oleh: Abah Ihsan    Ini prinsip yang harus dipegang semua orangtua:    Kebutuhan anak wajib dipenuhi, kesenangan anak wajib dibatasi. Mengapa demikian? Kebutuhan anak adalah memang kewajiban orangtua, sementara kesenangan anak, dalam batas tertentu boleh dipenuhi orangtua, tapi harus memiliki limitasi atau batasan. Mengapa kesenangan harus dibatasi? Karena sesungguhnya kesenangan hanya akan tetap terjaga "nilai" kesenangannya jika terbatas. Bahkan sebagian kesenangan dapat merusak jika tidak dikendalikan.     Contoh, kita senang berwisata karena kita jarang melakukannya. Coba Anda wisata tiap hari selama 1 tahun. Mungkin Anda akan tetap senang melakukannya, tapi lama kelamaan nilai "excitement" dari kesenangan tersebut berkurang bukan?    Sebagian besar kita tentu senang jika dapat memiliki kesempatan untuk jalan-jalan ke Bali misalnya. Tapi bagi orang Bali, jika ada pilihan berwisata ke luar Bali tentu nilainya akan berbeda. Maka seumur-umur saya tinggal di

Hidup Menderita

    Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari 24-May-2022    Kadang kita merasa bahwa hidup kita ini susah bahagia, penuh derita, sengsara terus menerus. Perasaan menderita, kurang bahagia sebetulnya bukan dimiliki orang-orang tertentu. Tak sedikit manusia salah sangka, jika menderita akan dialami orang yang mereka disebut marginal, serba kekurangan. Seperti misalnya kekurangan soal fisik, soal harta, soal rupa dan lain sebagainya.     Saya setuju jika kita memiliki “kekurangan”, maka kita punya peluang untuk menderita. Misalnya jika kurang harta, banyak keinginan yang tak dapat kita dapatkan. Kita hanya bisa terpana saat orang menontonkan propertinya, mobilnya, gadgetnya, kemewahannya.     Akan tetapi jika kita punya “kelebihan” apakah berarti kita bebas dan terjamin dari penderitaan? Pernahkah lihat orang kaya susah bahagia? Pernah lihat orang yang serba ada tapi gampang marah? Apakah orang yang gampang marah itu Bahagia? Tidak sama sekali. Sesekali marah adalah normal karena kita melihat ada

PELANGI PENGHANCUR MASA DEPAN

Oleh : Irene Radjiman    Ini kisah nyata terjadi pada tahun 2016 Saat itu di akun fb saya yang sudah tumbang, saya sering posting kegiatan saya saat masih mengajar di sekolah pilot.     Ada 1 orang teman fb saya, seorang ibu yang menanyakan bagaimana caranya agar bisa masuk ke sekolah pilot tersebut. Kami saling bertukar nomor wa hingga akhirnya si ibu tersebut datang langsung ke kantor saya bersama anaknya yang akan dimasukkan ke sekolah pilot.    Di ruangan saya kami ngobrol banyak. Dengan biaya pendidikan sekitar 500 juta saat itu, beliau tidak keberatan. Admin kami menyarankan sebelum mendaftar baiknya dilakukan dulu medical check-up secara pribadi untuk meyakinkan calon siswa benar-benar sehat secara fisik. Jadi waktu mendaftar nanti saat medical examinition sudah yakin 100% lulus. Ibu itu setuju.    Dua pekan kemudian masuk wa ibu tersebut dengan emot menangis.    "Mbak Iren, saya tidak jadi memasukkan anak saya ke sekolah pilot tempat mbak Irene 😭😭😭"    "Lho ke

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

   By: Abah Ihsan    Bayangkan Anda hendak pergi ke sebuah tempat tapi tanpa tujuan? Apa yang terjadi? Mungkin hanya muter-muter tidak jelas. Kenyataannya, dalam setiap langkah tidak mungkin tidak punya tujuan. Meski seseorang mengatakan "Saya tidak ada tujuan apa-apa, cuma sekadar silaturahim!" ya silaturahim itu sendiri sebetulnya adalah tujuan dia bukan?     Meski makna silaturahim ini seringkali disalahkaprahkan ketika hanya ada perlu, punya kebutuhan, mau minjem uang dan lain-lain. Padahal silaturahim yang sebenarnya adalah kita menjalin kasih sayang sehingga yang kita kunjungi kita anggap "serahim" dengan kita.    ~  Punya Anak? ....    Artinya jika kita punya niat silaturahim justru kita yang menawarkan "kasih sayang" pada yang kita kunjungi bukan malah "meminta" sesuatu pada mereka.    Niat itu bahasa arabnya, salah satu makna dalam bahasa kita adalah "tujuan". Perbuatan seseorang itu dinilai dari niatnya. Kita sering dengar ist