Terlalu Ikut Campur

Seorang bernama Hijesu, ia punya teman dekat yang bernama Hutas. Kebiasaan Hijesu adalah berkepo ria kepada lawan bicaranya, terlebih karena sudah merasa seperti saudara. Dia menganggap salah satu saudara kentelnya adalah Hutas, ia kerap sekali menanyakan, "Apa yang sedang dialaminya baru-baru ini?" Tidak cukup sampai disitu, bahkan penyakit kepo-nya yang sudah terlalu akut, menggiring ke pertanyaan yang lebih privasi. 


"Weh... Lama nih enggak kelihatan, masih hidup lu ya?" Sapa Hutas dengan sapaan sok akrab, tanpa pikir lagi bagaimana menyapa dengan santun.


"Ya begini, seperti yang elu lihat." Jawan Hutas sekenanya.


"Gimana-gimana? Masih betah jadi karyawan? Kapan nih bikin usahanya? Ciptakan lowongan kerjanya kapan?" Hijesu bertanya sambil memojokan.


"Betah." Tanpa merespon pertanyaannya yang tak tau diri.

Hutas tak terlalu menggubris Hijesu yang baru-baru ini lagi keracunan buku-buku motivasi resign dan memulai bisnis.


Hijesu memang telah berubah dari sosoknya yang dulu malas baca buku hingga kini seperti keracunan kata-kata mutiara. Padahal dia sendiri belum membuat perubahan yang signifikan pada dirinya. Ya bisa dibilang kalau tiap ketemu orang, sibuk aja dengan kata-kata, "mau kayak gini trus! Kayak kotoran di kali aja!" Hampir tiap orang yang dianggap dekat dengannya, selalu di buihkan kata-kata motivasinya, ya walaupun bisa dibilang, dirinya masing belangsak, tapi tak peduli itu semua, prinsip yang paling ia pegang, "terus motivasi, terus kasih semangat, terus cambuk diri orang-orang yang dianggap gitu-gitu aja hidupnya.


"Kok lu tumben ga banyak bicara Hut? Lagi ada masalah lu? Cerita-cerita dong! Kali aja gue bisa bantu."


Hutas yang sedang menikmati buku novel yang baru dibelinya, terlalu malas menanggapi Hijesu yang terlalu ingin tahu, terlalu ingin ikut campur masalah orang. 


"Engga ada, biasa aja." Jawab Hutas datar.


"Serius lu, cerita aja! Udah beneran dah, gue bakal bantu semampu yang gue mampu." Hijesu memaksa Hutas.


"Gue kalo cerita sama manusia, ga jauh-jauh, ujungnya kecewa." Jawab Hutas ringkas dan padat.


"Ya elah, lu masih kaku aja ya, kayak baru kenal aja sama gue." Hijesu tetap menekan agar Hutas bercerita. 


"Kalo gue cerita lu emang mo ngapain si? Emang lu bakal masuk surga kalau gue cerita semua keprivasian gue!?"


"Ya engga jaminan si, tapi kan gue ada disini biar bisa saling membahu menyelesaikan masalah yang elu sedang hadapi."


"Ok, lu jangan sampe aja bertingkah setelah gue cerita, ga usah belaga bijak, ngaca! Tau diri lu!" Sahut Hutas yang dengan kesal akhirnya bercerita.


Hutas bercerita akan banyak hal, banyak sekali, tentu Hijesu sangat menikmati cerita privasi yang Hutas miliki. Hingga sebuah cerita privasi yang sangat rumit pun terpaksa diceritakan Hutas.


"Ih ribet amat hidup lu! Kenapa engga mati aja lu!" Tanggap Hijesu setelah mendengar panjang lebar cerita Hutas.


Hutas sangat, sangat, sangat menyesal karena sudah bercerita kepada orang gila. Ia hanya menambah tunduk tatapan matanya yang sudah sayu sebelum bercerita kepada Hijesu.


"Bener kan yang gue terka bakal terjadi, elu tuh emang orang terbangsat! Yang pernah gue temuin. Elu baru aja hidup di sekitar orang-orang sukses, kena virus gila buku. Udah lupa daratan! Emang apa yang udah lu hasilkan? Apa karya elu!? Merendahkan orang! Menyakiti orang dengan kata-kata sok bijak lu yang lupa kalo elu juga belum jadi apa-apa! Lu ngaca ga si! Lu lupa diri ya!? Apa emang enggak tau diri! Kalo lu ngerasa paling bener, coba ubah orang-orang sekitar elu biar jadi kayak elu! Bisa engga!? Apa bisanya ngomong doang! Bullshit! Engga tau diri! Kalau karya yang lu punya hanya 'merendahkan, menjatuhkan, memaki, menyakit. Tanpa bisa elu membawa mereka yang elu anggap rendah menanjak perlahan menuju tangga yang elu maksud. Ya mending lu ga usah ada di dunia aja!' nyesel gue, senyesel-nyselnya udah cerita banyak hal sama elu!" Emosi Hutas meluap-luap, hingga Hijesu terdiam bungkam seperti bisu.


"Makasih banyak elu udah berusaha palsu simpati dan empati ke gue!" Hutas pergi meninggalkan temannya yang sudah lama dikenalnya, yang kini telah berubah seperti sebilah racun.



____

Hlb©

Rabu 23Juni 2021

Cileungsi.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan