Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Nanya Bisa, Ditanya Gak Bisa

Gambar
        Membela sih membela, tapi ya ngaca dulu, lihat pakai otak dan jiwa yang utuh, atau jangan-jangan,    Di saat makanan ada, begitupun minuman, juga tempat tinggal, bahkan—makan pun 3× sehari, hebatnya masih mempertanyakan, "Kapan kami sukses?" Dalam arti berlimpah dengan rumah di mana-mana, kendaraan, harta membludak.    Salah satu orang tua yang kesal dengan prestasi anaknya, lantaran kerjaannya itu itu saja, bahkan dianggapnya pekerjaan seperti itu hanya suka rela aja tak usah mengharapkan gaji, entah kenapa itu orang, emang udah berapa buku, orang, tempat yang udah ditemuinya?     Bisa nanya tapi gak bisa ditanya. Ngelawak tapi gak lucu. Memotivasi orang lain, tapi lupa kalau dirinya belum pernah, bahkan gak pernah bisa mencapai ke titik yang digembor-gemborkannya.    Monster idealis hanya berada pada yang belum tahu dan melalui terjalnya sebuah petualangan, atau pernah tapi—hanya sebatas _ngayal_, baca buku, dan nonton film 'survivel' bertahan hidup, jangan-

Home And Parents Directly

Gambar
         Perkampungan para pedagang, para warga biasa saling pamer, merasa bangga dengan pencapaian juga sangat terbebani jika tidak memberi tahu orang lain kalau mereka sukses, dalam arti bisa beli ini itu, makan ini itu, punya penghasilan sekian-sekian.    Seorang Bapak yang berumur 40 tahun-an, dikenal rajin, tegar, dan dermawan, serta religius. Setelah menikahkan anak perempuannya dengan pria yang hanya bekerja sebagai kurir saja, tak ada yang lain.    Kondisi seluruh kakak-kakak dari anak perempuannya yang dinikahkan dengan si kurir itu berpenghasilan cukup besar, lalu dibanding-bandingkanlah, ditambah dengan kondisi anak-anak seusia mantu dan anak perempuan di perkampungan itu rata-rata yang sudah menikah dan punya anak, mereka semua kerja (suami istri), sedang anaknya dititipkan ke orang tuanya.    Siklus itu dianggap biasa oleh orang-orang perkampungan itu. Tetapi tidak bagi si kurir, baginya siklus itu adalah kekejian dan perusakan generasi, hasilnya anak-anak mereka tumbuh de

Lapuk (Cermin)

Gambar
           Iring-iringan angin menghembuskan pakaian, rambut pun berkuir-kuir menikmati terpaan yang melenakan. Waktu sudah makin membawa mereka berdua ke penutupan hari.    Tak ada kata-kata yang indah, enak didengar kecuali yang diucapkan dengan proses berpikir terlebih dahulu. Makanan yang asal dibuat mdan disajikan pun rasanya tebak-tebak-an. Terkueren.    Memanglah di dunia ini tak ada yang benar-benar sempurna dalam menapaki kehidupan, sehebat apapun kepemilikan dan kebanggan dari masing-masing individu. Hal bodohnya adalah mengharapkan dengan sangat akan kesempurnaan pada makhluk selain dirinya. Dirinya saja tak sempurna.    Makin ke sini makin lapuk saja putaran roda. Semua tahu itu pasti terjadi, dan tak akan ada yang bisa menahan dari lajunya perputaran waktu yang melumatkan banyak hal, pun juga menempa banyak keindahan.    Melihat sekilas apa yang di depan mata, lalu menilainya hanya memakai sudut pandang saat pertama melihat, tentu hasilnya pun mencabik-cabik telinga yang m