Tipe, Palbatlas serba instan
Padahal memang seperti itulah dunia ini. Dun-ya yang artinya remeh, paling rendah, dan juga sebentar, sangat sangat sebentar. Takkan pernah lama, rasa lama itu karena
Memang bukti kalau manusia itu sifat dasarnya "lemah" dan juga "suka mengeluh".
Kalau memang kebenaran dan kebaikan keluhannya mungkin bisa dianggap, tapi kalau karena tak bisa patuh karena dengan berbagai alasan. Maka takkan bisa dibenarkan, sampai kapan pun. Gak sedikit yang lupa, kalau ini dunia bukan surga, tapi maunya selalu dipuja, padahal ... Raut wajah saja macam bejana.
Bisa sih dibenarkan, tapi hanya bagi mereka-mereka yang mendukung pola hidup seperti itu. Pondasinya ada di kemanjaan orang tua pada anak, selalu meminta maaf ketika si anak ngambek.
Orang tua tipe macam apa yang seperti itu!? Anaknya ngambek malah mereka yang sibuk minta maaf ke anaknya. Sehingga ketika si anak dewasa kelak dirinya akan buta terhadap kesalahannya sendiri, takkan pernah mempan dinasehati dalam kebaikan dan kebenaran, karena di dalam dirinya sudah tertanam kokoh, "orang lain harus tetap selalu minta maaf sama saya, apa pun itu alasannya."
Boro-boro introspeksi diri, yang ada orang lain yang harus introspeksi, gak ada ruang bagi dirinya untuk merenungi segala kesalahan yang telah diperbuatnya. Hanya ada, ya, yang hanya ada, adalah waktu untuk mengoreksi segala kebaikan yang telah dilakukan, generasi-generasi semacam itu pasti hebat, hebat min waro'.
Komentar
Posting Komentar