Home And Parents Directly

    



    Perkampungan para pedagang, para warga biasa saling pamer, merasa bangga dengan pencapaian juga sangat terbebani jika tidak memberi tahu orang lain kalau mereka sukses, dalam arti bisa beli ini itu, makan ini itu, punya penghasilan sekian-sekian.


   Seorang Bapak yang berumur 40 tahun-an, dikenal rajin, tegar, dan dermawan, serta religius. Setelah menikahkan anak perempuannya dengan pria yang hanya bekerja sebagai kurir saja, tak ada yang lain.


   Kondisi seluruh kakak-kakak dari anak perempuannya yang dinikahkan dengan si kurir itu berpenghasilan cukup besar, lalu dibanding-bandingkanlah, ditambah dengan kondisi anak-anak seusia mantu dan anak perempuan di perkampungan itu rata-rata yang sudah menikah dan punya anak, mereka semua kerja (suami istri), sedang anaknya dititipkan ke orang tuanya.


   Siklus itu dianggap biasa oleh orang-orang perkampungan itu. Tetapi tidak bagi si kurir, baginya siklus itu adalah kekejian dan perusakan generasi, hasilnya anak-anak mereka tumbuh dengan mental home and parents directly, sebuah kerusakan mental yang ketika ada masalah otaknya mentok dan hanya mikir kembali ke benteng rumah dan orang tua.


   Padahal masing-masing sudah menikah. Tatapan buntu dari si kurir. "Penyesalan dan kehancuran yang tiada ujung! 'Duhai pemilik alam semesta, dengan segala kekuasaanMu, jangan beri lagi saya buah hati darinya, berikanlah dari jalan kedua, bimbinglah kami."

--

RTD. Kamis 31 Maret 2022

halub© 

   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan