Dari Dulu Memang Begitu
"Semua itu hanya penampilan biasa! Gitu gitu aja." Ungkapan merendahkan orang lain sudah biasa keluar dari dasar tengkoraknya yang terdalam. Tak ada yang istimewa—kecuali dirinya semata.
Memanggil seseorang yang masih berasal dari silsilah keluarganya, tentu—orang-orang menyaksikan itu tak sebodoh yang dipikirkannya. "Lihat! Si senior bertingkah seolah-olah semuanya harus menutupi kesalahannya!" Seruan orang-orang yang ditindas ketentramannya.
Yang lain pun ikut bersuara. "Orang itu emang kayak gitu dari dulu, males tugas, tapi soal bayaran nomor satu, mau hasil tapi tak mau berpeluh ria, hanya mau ber-ria semata dan mengoreksi setiap—yang dianggapnya sebagai ancaman penggeser tahtanya.
Lucu! Tapi bengis! Meski sebenarnya enggak ada yang lucu sama sekali, kehadirannya hanya penimbul kotoran-kotoran hati yang seketika itu juga menyembul ke permukaan hati, entah dari mana, setelah mendengar ocehannya yang tak jauh dari perputaran 'bayaran tambahan' dan 'menyalahkan' yang belum akurat untuk benar-benar disalahkan.
"Sudah 20 tahun, dari dulu memang begitu terus kelakuannya!" Kata salah seorang pemerhati kepadaku. "Tapi aku ditiadakan olehnya tanpa alasan yang jelas meski aku tahu apa latar belakang sebenarnya." DiaTerdiam.
--
Sumber gambar: pixabay
Komentar
Posting Komentar