Dengar Sampai Sunyi

    


      Perbendaharaan langit mungkin dibiaskan menjadi banyak hal, mulai dari orang-orang yang punya hobi enggak senang melihat orang lain senang, senang melihat orang lain kesusahan.

   Lebih suka ngoreksi tapi haram introspeksi. Ngebacot sana sini, lupa kalau pribadinya hancur karena keborosan kata-kata yang dilontarkan begitu saja tanpa pikir. 

   Pun juga ada yang berbentuk lain dari perbendaharaan langit, seperti para makhluk halus yang sangat tahu diri, tahu kalau dirinya sangat besar andil dalam perusakan moral jika suka obral.

   Tentu hal yang amat sangat teramat langka di bumi ini, karena kebanyakan lebih suka jadi tukang obral, meski kedua orang tua, guru, dan saudara-saudarinya tak pernah mengharapkan, apa lagi menyuruhnya berbuat seperti itu.

   Sisi lain yang juga mungkin masih termasuk dari kepingan perbendaharaan langit, adalah mereka-mereka pemilik telinga yang berkapasitas 'tanpa batas', selalu bisa mendengar dan merubah dari setiap kata-kata yang dipenuhi racun peduli serta pengembangan diri.

   "Dengarlah alunan itu, dengar terus, sampai sang pengoceh tak lagi bisa mengoceh, sampai lupa dengan cara bagaimana caranya mengoceh dengan baik dan benar, serta tanpa dilumuri racun."

   Hingga akhirnya bumi ini pun kembali sunyi, setelah sekian tahun lamanya hingar bingar. Bumi ini selalu ingin marah, tapi dia tetap mendengar hingga sunyi. Jangan ganggu tahtaku, jika tidak ....

--
Sumber gambar: pixabay

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan