Dimsum Pelayaran



    Sebelum tahun 205SM-219 pelayaran Desa terpencil itu masih digeluti oleh segelintir orang saja, semua mulai berubah setelah kedatangan Bamru dari pulau seberang, dia benar-benar ingin mencapai yang mayoritas orang tidak mau menempuh pencapaian itu.

   Harta, Tahta, dan Wanita, seringkali jadi pemberat dalam mempertahankan sebuah ideologi, tak jarang ketiganya membuat lenyap keidealis-an seseorang. 

   Pelayaran nekatnya dari Netawag sebenarnya hanya pelarian dari siklus kehidupan warga desanya yang selalu berlomba dengan keras dalam meraih kepingan harta; rumah megah, tanah, kendaraan, dan perputaran uang yang stabil, serta tak lupa makan enak setiap baru dapat uang, lupakan 'bertahan hidup' untuk hari esok, penuhi hasrat duniawi meski besok hanya menelan udara yang dikhayalkan dalam bentuk pangan dan teman-temannya.

   Hingga dia memutuskan untuk singgah di pulau 'Ulap Tira', hanya sekedar meluruskan punggung dengan makanan ringan, lalu kembali berlayar.

   Betul! Rencana itu tersendat akan sebuah makanan khas Ulap Tira yang berbentuk putih kecil bergelombang seperti bunga, dalam sajian rebus dan goreng, meski minyak goreng masih ditahan dan dimahalkan harganya oleh kalangan tertentu yang mengaku pemegang kebijakan dunia.

   "Kejarlah semua yang mendatangkan kemewahan dunia, hingga seluruh tetanggamu tak mampu menyainginya." Kata seseorang yang berada pada satu meja makan kecil dengannya. Jiwa Bamru terguncang hebat, semangat pencariannya meredup. 

===

RTD Selasa 5 April 2022

halub© 5:13

---

Sumber gambar: pixabay (gambar gratis)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan