Kritik Menggelitik
Di sebuah keluarga besar Hema seluruh anggota hadir untuk berbincang lepas.
Ada Toscalb, Halib, dan Ziha, lalu tak kalah antusias dua adik perempuan Tuke dan Katja. Kedua mata lentik adik perempuan itu menatap tajam ke Kakaknya yang bagi mereka memang nyata paling malas.
Halib dan Ziha tahu akan itu tapi mereka diam, sebab mereka kerja di tempat yang berbonafit (bisa lah ke BandarDjakarta tiap pekan).
"Kakak!" Mulut Tuke manyun ke arah Toscalb. "Halaman berapa yang ingin kamu dengar dariku?" Memang dia ke mana-mana selalu bawa buku, katanya waktu amat berharga kalau dibiarkan berlalu begitu saja tanpa membaca.
Katja ikutan manyun di samping Tuke. "Kenapa Kakak kerjanya di situ situ terus? Betah ya? Atau pecinta zona nyaman?" Toscalb langsung menutup bukunya. "Tuke sayang mengapa kamu tidak mempertanyakan orang-orang korupsi, memalak rakyat, begal, mafia hukum.
"Para penguasa pasar gelap yang menjual macam-macam organ manusia, para pembisnis prostitusi, perjudian dan semisalnya. Apa kamu hanya bernyali dengan orang lemah seperti Kakak?"
Glek! Halib dan Ziha menatap gelasnya masing-masing dengan tatapan tak bergeming. "Gila juga si kutu buku itu!" Bisik Halib ke Ziha yang juga ikut tercengang. "Ah! Kakak enggak guna!" Teriak Tuke sembari keluar bersama Katja dengan kesal.
Toscalb kembali membuka bukunya.
--
Sumber gambar pixabay (gambar gratis)
#kritikmenggelitik
https://youtu.be/6Q3eHSS5pTM
Komentar
Posting Komentar