Manusia Suci Pemegang Kunci Surga








    Bangunan berbaris rapi, dari awal mata memandang sudah menimbulkan decak kagum, tertata dengan begitu indahnya. Pepohonan pun ditanami sebagai penyejuk udara ketika sengatan panas matahari menerpa.

   Nampak anak-anak berlalu lalang dengan riang, wajah mereka menyiratkan kebahagiaan tiada tara, entah apa yang sedang mereka bicarakan. Aku yang melihat pemandangan itu merasakan dua hal: penasaran dan curiga.

   Karena memang dunia ini punya banyak muka, tak bisa dinilai secepat dan se-praktis itu ketika seseorang bertemu dengan orang lain lalu kedua belah pihak saling menilai dengan versi pandangannya masing-masing, yang belum tentu valid kebenarannya.

   Karena hari itu aku mendapati desas-desus kalau sebagian anak-anak sudah kecanduan nikotin tingkat tinggi, hanya saja mereka selalu bisa berwajah indah ketika berhadapan dengan tiap orang, terutama orang-orang yang dianggap sebagai ancaman ketenangan hidupnya.

   Aku kumpulkanlah anak-anak melalui pengeras suara, padahal saat itu sudah cukup malam, sekitar jam 23:19. "Langsung saja semuanya segera berkumpul ke lapangan voli tanpa terkecuali." 

   Sesaat kemudian berderaplah langkah anak laki-laki penghuni asrama, bergegas menuju titik kumpul. "Ah si manusia suci pemegang kunci surga lagi! Sok banget dia mah!" Desas-desis dari kerumunan hanya terdengar samar-samar oleh terbatasnya pendengaranku.

   "JANGAN BERISIK! SIAPA YANG SURUH KALIAN BICARA! KALIAN SAPI APA MANUSIA!?" Spontan saja raut wajah anak-anak membeku.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan