Mati Karena Tak Bisa Adaptasi

 





   Pencarian itu benar-benar dimudahkan, banyak teman yang memberikan saran sekaligus jaringannya, tentu menembusnya dengan sangat mudah.

   Sayangnya ketika sudah berada dalam jaringan yang disarankan oleh teman-teman yang begitu baik, di sana malah merasa tersingkirkan.

   Ada penghalang besar yang membuat pribadi merasa harus mundur. Lebih mendahulukan insting sendiri tanpa mau ambil pusing untuk diskusi.

   Akhirnya orang-orang yang berada di dalam jaringan itu amat sangat menyayangkan kemunduran yang mendadak. Hanya karena merasa tak mampu.

   Padahal mereka-mereka itu sudah siap jika kemungkinan pribadi yang belum bisa mencapai skema wajib tertentu akan ada keringanan-keringanan lain yang tak kalah ramahnya seperti awal mula gabung.

   Apa mau dikata? Berhenti sebelum ada instruksi untuk berhenti secara jelas, menyerah sebelum kekalahan telak datang secara alami.

   Betapa pentingnya sebuah sikap 'beradaptasi' terhadap apa yang menghadang di depan, ini belum perang antar serdadu, baru beradu nuansa, yang rasanya pun cukup menekan.

   Kalau terus-terusan kabur, sampai kapan pun, di mana pun pasti akan ketemu situasi serupa lagi, tak peduli sejauh apa pun berlari dan menghindar. Ini bukan ancaman atau kecaman. Memang begitulah adanya.

   Benteng terakhir untuk adaptasi itu 'hati', bolehlah terlihat musnah, sebenarnya jangan sampai musnah. Tetap bergerak sebelum kaki dan tangan bergerak.

   Pikiran, jiwa, dan hati yang selalu sibuk.

--

   Sumber gambar piaxabay

--

https://youtu.be/d2rLN8_OD0g





Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan