Nyuruh + Enggak Nyontohin

    


      Bagaimana dipatuhi kalau yang memerintah pun abai akan apa perintah itu sendiri. Tak peduli kalau perintah yang diberikan terhadap orang lain tak kerjakan oleh dirinya sendiri. 

   Penolakan tentulah bermunculan dengan ganas, sebenarnya perlahan tapi mungkin gelombang kecil itu terlalu dianggap angin lalu, dilibaslah apa-apa yang memang pantas dilibas.

   Alih-alih cemerlang perintah ini perintah itu, sedang diri sendiri hanya dibiarkan berlabuh seolah kapal yang karam di pinggir lautan. Orang yang memberi perintah, pemerintah bukan? 

   Faktanya pelanggaran tak jarang dari pihaknya dengan alasan yang takkan pernah habis. Boro-boro malu, udah enggak punya muka! Selagi masih bisa berwenang mengapa tidak!?

   Urusan dibenci atau semacamnya adalah hal biasa di kehidupan ini, pun begitu juga tentang benar maupun salah, yah selagi kekuasaan memang bisa dengan mudah dibolak-balikan seenaknya.

   Kan suatu kebagongan nyuruh orang lain jangan merokok tapi di tangan rokok sedang diapit dua jari. Punya otak tapi kayak enggak punya. Sekilas mungkin bangga dengan kelakuannya, yah, itu sekilas saja.

   Tajam ke orang lain, tumpul ke diri sendiri, enggak malu lagi, kenapa enggak mati aja!

Bertingkah sepuasnya seolah jagoan, penguasa akan banyak hal, merasa hebat, tapi diri sendiri gagal mencotohkan, apakah itu tidak membagongkan?

   Kalau enggak punya otak mungkin jawab tidak. Krisis nyuruh + bagong!

   --

Sumber gambar: pixabay

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan