Sialnya Sebuah Ketergesaan

    


    Kesadaran yang telat, bersama dengan udara penyesalan yang menyesakan. Kertas sudah dicorat-coret, terisi penuh! Menghapusnya adalah 'membuang' atau 'dibuang' atau 'leburkan' dan 'daur ulang' lalu tata sesuai kapasitas serta realitas yang sesuai.


   Mulut tajam, bukan dari seorang wanita, mata sipit perut buncit, mulut tak pernah mau berhenti berdecit, sampai mati katanya akan tetap cerewet tanpa pikir. Takarannya 'kepingan harta' gak ada yang lain, kalaupun ada sedikit saja, bagai 10% dari 100, atau bahkan 5% atau 1% saja lah!


   Tak ada maksud, kecuali menyemangati dan menyadarkan, katanya. Sudut pandang hanya dari kedua mata yang ada di tempurung kepalanya, tidak adakah tempurung-tempurung kepala lain? Ataukah merasa tempurungnya paling berkualitas dari yang lainnya!? 


   Menderu-deru kendaraannya ketika dini hari saat orang-orang sibuk membenamkan rasa termakasihnya pada Yang Maha Mulia. Alasannya pencarian karunia itu baiknya dilakukan sebelum pagi itu sendiri, waktu mengungkapkan 'terimakasih' yang sudah ditetapkan sejak dahulu sudah kalah dengan idealis pribadi?


   Sedikit saja gelimangan yang digelontorkan, sudah bertolak pinggang. Lupa mungkin kalau sebenarnya tiap hari kakinya masih berjalan di atas tanah dan suatu saat akan dibenamkan tanah? Atau mungkin kakinya menapak di tanah, tapi jiwa dan pikirannya tak demikian.


   Penyebab ketergesaan yang dilakukan sebelum 'persiapan' yang signifikan hanya hasilkan kebencian takkan padam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan