Tak Berhati
Rentetan sikap hanya pelancar ambisi maruk Tak mungkin mengaku, karena malu
Perkataan para tokoh pun hanya digaris bawahi, tentu yang hanya sejalan dengan hati buasnya.
Senyuman pun sebatas pendukung misi.
Sudah biasa, orang-orang yang menghadang tak lagi jadi kicauan, fokusnya hanya satu, SESUAI KEINGINAN! Gak peduli orang lain mau bilang apa! Itu sangat tak penting! Biarpun seluruh makhluk menjauhi, itu bukan tujuan!
Tujuannya hanya 1 SAJA! "SESUAI KEINGINAN!" jika tidak akan terus berpaling sampai hilang nyawa dari raga. Enggak keras, hanya prinsipil. Bagus! Kalau sesuai jalur yang telah ditentukanNya. Jika tidak!?
Terkadang kontras. "Duh kenapa kok kamu di rumah aja? Gak kerja aja? Masih muda juga." Karena demi perkataan sebagian manusia yang hanya wujudnya saja manusia, jiwanya lepas buas, seperti hewan, bahkan lebih!
Komentar itu lebih dipikirkan dari keridhoanNya. Menjadi-jadilah, semua yang coba menghambat apa yang dikatakan si buas itu akan dilibas, tak peduli orang tua, saudara kandung, bahkan tulang punggungnya!
Terbentuk karakter sempalan yang menuhankan usaha, harta, ocehan mulut comberan, mempengaruhi segala, berubah bertahap, dari genre 'sederhana' menjadi 'TAK BERHATI!'
Terlebih comberan 'perbandingan' dari orang-orang terdekat pun lebih sukses lagi menghancurkan jiwanya. Dengan kata-kata, "Kok gak kayak si itu sih!? Sukses dong ah! Gembel amat! Males ya!?"
Komentar
Posting Komentar