Tengara Sempurna
Andia emang kalau maksain tengara yang sudah benar-benar sempurna kuat mengakar di hati, hampir 99,9% benar! Enggak akan pernah sama, setiap rencana harus dirahasiakan, ITU SUNGGUH BENAR-BENAR BUKAN IGAUAN!
Ujung-ujungnya nyesel lagi! Tak pernah sama, makan, minum, jalan-jalan, cara pandang, pola pikir, cita-cita, orientasi hidup. Jengah! Selalu mengatasnamakan INDIVIDUALIS! HAH!
PENYESALAN TIDA HENTI! KECUALI MATI! Punya sandal laksana tak bersandal! Cih! Kepala batu! Bertingkahlah sesuka kau! Peduli amat! Teruslah begitu sampai tak bernyawa! Ya, kau BENAR! SELALU BENAR!
Sepertinya tak ada lagi percaya, hmf! Gak akan ada juga rasa empati! Mumpung masih hidup, teruslah seperti batu koral! Pergi ke tempat di mana kreta melintas, rasanya lebih menenangkan.
Terlebih jika membayangkan tak pernah bertemu sebelumnya dan selamanya. Benar-benar hukuman seumur hidup, mungkin, ya lebih baik dari pada di alam sana hukuman yang ditunda.
Walaupun hal itu sudah dimengerti, tetap saja! Mengingatnya! Memberikan ide-ide kepada kepala koral hanya mendatangkan hasrat haus darah, serasa ingin segera membungkusnya agar bungkam tak bersuara!
Selalu bertekak! Selalu jumawa! Selalu bertingkah semaunya! Benar-benar siksaan! Itulah pernak-pernik nafas di Negeri Sijorse. Bukan SABAR! Lagi! LEBIH DARI ITU! Lebih baik kecil dan terawat kebencian ini!
Karena akan awet dan terjaga, karena kalau berlebihan, ada kemungkinan berbalik ke kebalikannya.
Komentar
Posting Komentar