Tidak Terasa
Rumah yang tak besar juga tak kecil, tak panas juga tak dingin. Awal perantauan, dari kata 'sementara' hingga sepertinya 'selamanya'.
Aku, pergi merantau, seorang diri, bersama jiwa dan ragaku. Hanya untuk bekerja, karena mungkin mental 'budak' sudah terlalu merekat di tulang ini.
Bertahan hidup tujuan utamanya, agar tak menengadahkan tangan sebagai 'peminta-minta' berpeluh aku di Kota itu. Tugu plang besar menjadi ingatan yang tak terlupakan hingga tak terasa ini cucuku sudah 4. Begitu cepat semuanya berlalu.
'Ohusepe!' plang megah menjadi penyambut kedatanganku ke Kota itu. Yang benar-benar membuatku tak habis pikir adalah, 'GLEK!' naik turun jakunku dengan sendirinya. Kedua anakku menjalankan bisnis terlarang!
Benar-benar di luar rencana dan mimpiku, tak pernah aku berangan punya bisnis seperti itu, meskipun duitnya menggiurkan, meski keadaanku yang lebih terkesan compang-camping begini, aku setidaknya tahu apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan di Negeri ini.
Ada salah apa!? Apa mungkin ini karena sebab perlakuan burukku yang begitu banyak dan merugikan banyak orang!? Tetapi ... Ah tidak! Balasan ini terasa mencekam, sangat tak terasa dan tak terprediksikan sama sekali.
"Anak-anakku! Kenapa kalian menjalankan usaha itu, itu tak boleh! Berdalihkan sabda utusanNya yang mengutus seseorang untuk membolehkan hal itu. Padahal hal tersebut telah dihapuskan, tetapi bebal!"
Komentar
Posting Komentar