Kebetulan Ngasuh

    


      Perjodohan itu terpaksa dilaksanakan, dengan tingkat penolakan yang berbeda dari tiap individu. Yang laki-laki mengharapkan dari perempuan yang dijodohkan itu seorang  perempuan yang bersifat seperti tosca priangan timur.

   Harap tinggallah harap, tak semua yang dianggap buruk memang betul-betul buruk, kadang malah baik, meskipun tetap saja terlihat buruk dan menyesakkan hati. Yang perempuan pun tak jauh, harapannya terlalu tinggi digantungkan pada dunia fantasinya.

   Ingin sosok laki-laki yang serba ada segalanya sesuai dengan daya khayalnya tentang laki-laki yang idealis, tapi apalah dikata, kenyataan lebih membungkam semuanya. Semuanya pun tetap berjalan meski dengan takaran 'kekecawaan-nya' masing-masing.

   Nampaknya mereka menjalaninya karena pengaruh musim, bukan karena kesadaran, acuh terhadap evaluasi diri, terlebih mental kerupuk yang lebih dominan menyelimuti mereka. Seolah slogan "b.a.b dan b.a.k mau nyebok gak mau" tak berlebihan jika disematkan pada mereka.

   Token listrik bunyi, gas habis, beras habis, bumbu dapur menipis, peralatan mandi tinggal dua tiga kali pakai lagi, sabun cuci pun menipis. Ketika segala seni itu menyapa jangan saling nyalahin. Nikmatin, bahu-membahu. Ini solusi.

   "Aku mau punya anak." Ketika hal itu dikabulkan oleh Pencipta. Stress, merasa terbebani, menyalahkan penuh ke satu pihak, jadilah kebetulan ngasuh, bukan betul-betul ngasuh. Kalau tak ada kesadaran dari masing-masing pihak untuk memperbaiki diri, usai sudah!

--

Sumber gambar: pixabay


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

Menghindari Kesusahan