Tetapkan Niat, Jelaskan Tujuan

   By: Abah Ihsan

   Bayangkan Anda hendak pergi ke sebuah tempat tapi tanpa tujuan? Apa yang terjadi? Mungkin hanya muter-muter tidak jelas. Kenyataannya, dalam setiap langkah tidak mungkin tidak punya tujuan. Meski seseorang mengatakan "Saya tidak ada tujuan apa-apa, cuma sekadar silaturahim!" ya silaturahim itu sendiri sebetulnya adalah tujuan dia bukan? 

   Meski makna silaturahim ini seringkali disalahkaprahkan ketika hanya ada perlu, punya kebutuhan, mau minjem uang dan lain-lain. Padahal silaturahim yang sebenarnya adalah kita menjalin kasih sayang sehingga yang kita kunjungi kita anggap "serahim" dengan kita.

   ~ Punya Anak? ....

   Artinya jika kita punya niat silaturahim justru kita yang menawarkan "kasih sayang" pada yang kita kunjungi bukan malah "meminta" sesuatu pada mereka.

   Niat itu bahasa arabnya, salah satu makna dalam bahasa kita adalah "tujuan". Perbuatan seseorang itu dinilai dari niatnya. Kita sering dengar istilah ini. Anggaplah seseorang hendak berolahraga, tentu sebelum ada tujuan. Olahraga itu dianggap efektif atau disebut berhasil atau tidak tujuannya, jika sudah ditentukan dari awal tujuannya.

   Misalnya agar sehat? Bersenang-senang? Meraih prestasi? Atau apa? Jika tujuannya jelas, maka kita dapat menentukan setelah melakukan kegiatan olahraga maka sesuai tidak dengan yang kita tuju?

   Meski kegiatannya berkaitan dengan raga, tidak semua orang yang melakukan kegiatan olahraga punya tujuan untuk menyehatkan tubuhnya. Misalnya kita punya tujuan sehat, lalu lari berkeliling lapangan sepakbola 3-4 keliling. Tapi setelah olahraga makan gorengan. Rasanya tidak akan mencapai tujuan bukan?

   Berbeda jika tujuan olahraga misalnya sekadar untuk bersenang-senang, setelah membakar kalori dengan lari lalu menumpuk kalori lagi dengan makan gorengan, ya tidak masalah, karena tujuannya memang untuk bersenang senang. 

   Sekarang ketika kita menikah dan punya anak, coba tanya pada diri kita sendiri secara jujur, kenapa sih kita menikah? Kenapa sih punya anak? Tidak usah dibicarakan pada orang lain, tapi berdialoglah dengan hati dan pikiran jujur kita. Jika ternyata kita belum punya tujuan yang spesifik, belum terlambat, buatlah sekarang. Allah akan memberikan sesuai prasangka kita sendiri bukan?

   Saya tidak tahu jawaban Anda. Tapi ketika saya tanyakan ini pada ribuan orang yang saya temui melalui kuisioner yang saya sebarkan tentang mengapa mereka menikah? Untuk apa sih menikah? Diantaranya sekian banyak jawaban, jika saya kerucutkan kira-kira jawaban ini yang paling sering: pertama, menghalalkan yang haram. Kedua, agar memiliki keturunan. Ketiga, ini yang paling masya Allah: cari Ridlo Allah!

   Untuk jawaban ketiga: cari Ridlo Allah, kagetnya saya, ternyata ini adalah jawaban yang paling banyak. Pertanyaan selanjutnya, ini cari Ridlo Allah beneran niat dalam hati atau sekadar ikut-ikutan orang lain? Ini benar tujuan yang ditetapkan sejak awal atau hanya karena baca buku atau petuah orang bijak?

   Andaikan semua orang yang menikah niatnya benar ditetapkan sejak awal sebelum menikah, cari Ridlo Allah, saya yakin dan optimis insya Allah tidak akan ada lagi anak terlantar atau ditelantarkan jiwanya. Tidak akan ada lagi anak kecanduan games. Tidak akan ada lagi rasanya anak yang kebut-kebutan motor tengah malam Ramadhan. Tidak akan ada lagi anak-anak yang masih remaja sudah terbiasa menyalurkan syahwatnya. Tidak akan ada lagi anak-anak durhaka bertebaran di sekitar kita karena orangtuanya pun tidak durhaka.

   Karena orangtua mereka bertanggung jawab mengurus mereka, raga dan jiwanya. Makanan perut dan makanan pikirannya.

   Jika memang cari Ridlo Allah, tentunya orang-orang yang menikah ini akan melibatkan Allah sebelum dan setelah menikah. Bukan hanya saat akad doang bawa-bawa Allah. 

   Mereka akan mencari tahu, mencari ilmu: aturan Allah untukku sebagai istri bagaimana sih? Aturan Allah berkaitan dengan aku sebagai suami bagaimana sih? Ketika nanti aku jadi ibu, jadi ayah, panduan Allah bagaimana? Apakah boleh aku memukul anakku saat marah? Apakah aku boleh menyakiti pasanganku, anakku saat mereka berperilaku tak sesuai harapanku? Dan seterusnya.

   Apakah cari tahu soal semua itu?

   Jadi, sudahkah kita menetapkan niat dan menjelaskan tujuan kita menikah dan punya anak? Jika sudah, usaha apa yang sudah kita lakukan untuk mencapai tujuan kita? Jika belum, belum terlambat. Cari dan temukan segera. 


   Sumber: https://www.instagram.com/p/CdmtErphe7N/?utm_source=ig_web_copy_link


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGI YANG MENGHARAM- KAN KATA 'JANGAN', INGATLAH AL-QUR'AN!

Mendefinisikan Keinginan (Kesenangan) dan Kebutuhan